Di penghujung tahun 2016 hajatan Lomba Kompetensi Siswa SMK tingkat
provinsi Kalimantan Selatan telah digelar di kota Banjarbaru. Lomba tersebut
diselenggarakan di asrama haji Provinsi Kalimantan Selatan. Seperti pada ajang-ajang
sebelumnya, LKS tahun tersebut memperlombakan berbagai cabang perlombaan
produktif dari jurusan yang dimiliki sekolah-sekolah SMK di Kalimantan Selatan
diantaranya Agronomy, Fishery, IT Network
System Administrator, Ladies Dress Making, dan lain-lain. Perlombaan ini
menghasilkan para juara yang kemudian mewakili Kalimantan Selatan di LKS tingkat
Nasional.
Dari ajang tersebut ada satu hal yang
menarik bagi penulis untuk dibahas. Penggunaan ikan papuyu sebagai maskot sungguh menarik untuk disimak. Ikan bernama
latin Anabas Testudineus ini
merupakan ikan yang sangat terkenal dan digemari masyarakat Kalimantan Selatan.
Meski tulangnya sedikit keras dan tajam, ikan ini dikenal memiliki daging yang
manis dan gurih. Lalu mengapa ikan ini dipilih sebagai maskot di ajang bergengsi
tersebut? Bukankah banyak ikan lain atau bahkan hewan lain yang mampu melambangkan
semangat sebuah kompetesi? Lagi pula Kota Banjarbaru sebagai tuan rumah
bukanlah daerah penghasil ikan yang populer di Kalimantan Selatan.
Rupanya, ikan papuyu merupakan hewan yang cocok guna melambangkan harapan bangsa
kepada para penerus sekaligus pejuang muda yang kala itu tengah berkompetesi. Ikan papuyu dinilai memiliki semangat yang
dapat menjadi teladan bagi siswa lulusan SMK. Maskot ini berpesan bahwa kompetesi
tidak berakhir pada hari itu, tapi akan ada banyak kompetesi lain yang bahkan
lebih berat ketika mereka terjun ke masyarakat ataupun dunia kerja.
Ikan pupuyu
dikenal sebagai ikan yang kuat dan mampu dengan mudah beradaptasi. Bahkan ikan
ini mampu bertahan hidup dalam kemarau yang sangat panjang. Zaman sekarang
manusia pun dituntut demikian, pasar bebas dan globalisasi membuat semua orang
mau tidak mau harus bersaing. Kondisi perkonomian global yang tidak menentu
serta perubahan yang begitu cepat menjadi sebuah tantangan yang berat.
Kemampuan beradaptasi disegala kondisi dan bergaul dengan siapapun mutlak
diperlukan jika tak mau dikucilkan zaman.
Seorang lulusan SMK diharapkan mampu
bertahan dalam keadaan apapun dengan skill dan kemampuannya. Kekuatan untuk
menghadapi persaingan adalah sebuah harapan agar para lulusan tidak menjadi
digit-digit penambah angka pengangguran di negeri tercinta. Keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki diharapkan menjadi bekal untuk mendorong kreativitas
dan inovasi. Sehingga lulusan SMK dapat menjadi daun-daun yang segar ditengah
tandusnya lapangan pekerjaan.
Kembali kepada ikan papuyu, ikan ini memiliki sisik yang kuat laksana perisai, sirip
punggungnya dilengkapi duri yang setiap saat siap menerjang. Namun didalam
perisai dan duri-durinya tersimpan daging yang manis dan gurih. Begitulah
kiranya seekor pupuyu melindungi jati diri dan identitasnya sebagai ikan yang
digemari dengan sekuat tenaga. Jati diri adalah harga mati, ketika semua orang
terlena dengan keadaan tetaplah menjadi pribadi yang memiliki pendirian.
Menjadi permata dalam lumpur yang hitam, bahkan tak secuil tanah pun dapat
mengotori daging pupuyu yang putih
bersih. begitulah pribadi yang mampu
bertahan dalam tantangan zaman.
Ikan pupuyu juga merupakan ikan pejuang, dalam
bahasa inggris ikan ini disebut climbing
gouramy karena mampu untuk merangkak kedaratan. Ikan pupuyu menggunakan tutup insangnya untuk berjalan layaknya kaki
pada hewan darat. Saat musim kemarau tiba ikan pupuyu berjuang dari satu lubuk ke lubuk lain demi mempertahankan
hidupnya. Ikan ini terlalu berani mengambil resiko melintasi daratan, tidak ada
kata pasrah dan bertahan dengan apa adanya.
Begitulah selayaknya mental seorang pejuang
dan kompetitor. Peradaban kehidupan manusia akan berhenti apabila manusia cepat
puas dan begitu terbuai dengan kenikmatan yang dimiliki. Padahal dalam satu
kenikmatan tersimpan sebuah ancaman. Bayangkan jika ikan pupuyu begitu terlena dengan lubuknya, maka ketika air kering
karena panas dua tiga hari dimusim kemarau, tamatlah riwayatnya. Langkah ekstrim perlu diambil meski itu mengandung
resiko, demi mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Tapi bukankah kita harus
selalu bersukur dengan apa yang kita punya? Maka jawabnnya adalah usaha
merupakan satu-satunya pembeda antara syukur dan putus asa.
Begitulah mungkin pesan yang disampaikan
ikan pupuyu kepada ratusan kompetitor muda yang kala itu tengah berkompetesi.
Pada intinya mereka adalah para pejuang, dan jalan perjuangan masih terlalu
panjang. Mereka hanya memiliki dua pilihan, menjadi tunas yang terus mekar,
atau menjadi layu mati tidak berdaya. Di tempat itu LKS SMK Kalimantan Selatan
2016 bukanlah titik akhir perjuangan dengan persiapan yang panjang, tapi
merupakan langkah awal dalam perjuangan ke masa depan.
Lalu apakah dengan menjadi tangguh seperti
papuyu, bersisik perisai, berjuang dan pantang menyerah, sudah menjadi
jaminan akan kesuksesan dan hidup yang baik? Rupanya ikan ini belum berhenti
berpesan. Sayangnya, pesan terakhirnya hanya dapat dipahami oleh segelintir
orang. Jika dalam sisik kerasnya tersimpan daging yang manis dan gurih, maka
dalam daging yang manis itu tersimpan sebuah jeritan.
Dijaman yang terus berubah, ikan papuyu
rupanya juga mengharapkan suatu perlindungan. Dunia tanpa batas, begitu
mungkin habitat papuyu akan diserbu sekawanan piranha dari rimba amazon. Mereka juga sangat mungkin terdesak oleh
kawanan ikan-ikan canggih yang menguasai teknologi barat, atau ikan-ikan dari
tanah china yang jumlahnya tak terkira. Yang tentu saja ”ikan pendatang” juga
membawa semangat juang tak terkira. Apa yang bisa diperjuangkan jika
lubuk-lubuk sudah begitu penuh.
Lalu setelah semua lubuk penuh, kawanan
pupuyu mendengar sebuah pepatah yang
sangat bijak “jadilah ikan yang besar dalam lubuk yang kecil, maka lubuk itu
akan besar karena keberadaanmu”. Maka bersatulah para pupuyu untuk membuat
sebuah lubuk di bumi sendiri demi kesejahteraan bangsanya, tapi usaha yang
begitu mulia justru dikhianati bangsanya sendiri. Betapa tidak, tanah-tanah
yang lunak dan segar, kini telah berganti menjadi tumpukan semen bertulang.
Sebuah dinding birokrasi yang begitu sulit ditembus seekor pupuyu perakit televisi,
penemu mobil listrik, atau bahkan seorang pencipta lagu. Sementara ikan-ikan
impor, begitu nyaman dengan kolam berdinding beton buatan pemerintah negara
yang dijajahnya. Ahh, nampaknya begitulah papuyu, pesan tanpa suara yang ia
sampaikan terdengar begitu mengganggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon komentarnya dengan bahasa yang sopan, terima kasih atas kunjungannya.