Papuyu dan Pesan Tanpa Suara - Oleh : Hasbiyani Ghani

 

 

Penulis : Hasbiyani Ghani
Mahasiswa FMIPA ULM - Asrama Wasaka 1

Di penghujung tahun 2016  hajatan Lomba Kompetensi Siswa SMK tingkat provinsi Kalimantan Selatan telah digelar di kota Banjarbaru. Lomba tersebut diselenggarakan di asrama haji Provinsi Kalimantan Selatan. Seperti pada ajang-ajang sebelumnya, LKS tahun tersebut memperlombakan berbagai cabang perlombaan produktif dari jurusan yang dimiliki sekolah-sekolah SMK di Kalimantan Selatan diantaranya Agronomy, Fishery, IT Network System Administrator, Ladies Dress Making, dan lain-lain. Perlombaan ini menghasilkan para juara yang kemudian mewakili Kalimantan Selatan di LKS tingkat Nasional.

Dari ajang tersebut ada satu hal yang menarik bagi penulis untuk dibahas. Penggunaan ikan papuyu sebagai maskot sungguh menarik untuk disimak. Ikan bernama latin Anabas Testudineus ini merupakan ikan yang sangat terkenal dan digemari masyarakat Kalimantan Selatan. Meski tulangnya sedikit keras dan tajam, ikan ini dikenal memiliki daging yang manis dan gurih. Lalu mengapa ikan ini dipilih sebagai maskot di ajang bergengsi tersebut? Bukankah banyak ikan lain atau bahkan hewan lain yang mampu melambangkan semangat sebuah kompetesi? Lagi pula Kota Banjarbaru sebagai tuan rumah bukanlah daerah penghasil ikan yang populer di Kalimantan Selatan.

Rupanya, ikan papuyu merupakan hewan yang cocok guna melambangkan harapan bangsa kepada para penerus sekaligus pejuang muda  yang kala itu tengah berkompetesi. Ikan papuyu dinilai memiliki semangat yang dapat menjadi teladan bagi siswa lulusan SMK. Maskot ini berpesan bahwa kompetesi tidak berakhir pada hari itu, tapi akan ada banyak kompetesi lain yang bahkan lebih berat ketika mereka terjun ke masyarakat ataupun dunia kerja.

Ikan pupuyu dikenal sebagai ikan yang kuat dan mampu dengan mudah beradaptasi. Bahkan ikan ini mampu bertahan hidup dalam kemarau yang sangat panjang. Zaman sekarang manusia pun dituntut demikian, pasar bebas dan globalisasi membuat semua orang mau tidak mau harus bersaing. Kondisi perkonomian global yang tidak menentu serta perubahan yang begitu cepat menjadi sebuah tantangan yang berat. Kemampuan beradaptasi disegala kondisi dan bergaul dengan siapapun mutlak diperlukan jika tak mau dikucilkan zaman.

Seorang lulusan SMK diharapkan mampu bertahan dalam keadaan apapun dengan skill dan kemampuannya. Kekuatan untuk menghadapi persaingan adalah sebuah harapan agar para lulusan tidak menjadi digit-digit penambah angka pengangguran di negeri tercinta. Keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki diharapkan menjadi bekal untuk mendorong kreativitas dan inovasi. Sehingga lulusan SMK dapat menjadi daun-daun yang segar ditengah tandusnya lapangan pekerjaan.

Kembali kepada ikan papuyu, ikan ini memiliki sisik yang kuat laksana perisai, sirip punggungnya dilengkapi duri yang setiap saat siap menerjang. Namun didalam perisai dan duri-durinya tersimpan daging yang manis dan gurih. Begitulah kiranya seekor pupuyu melindungi jati diri dan identitasnya sebagai ikan yang digemari dengan sekuat tenaga. Jati diri adalah harga mati, ketika semua orang terlena dengan keadaan tetaplah menjadi pribadi yang memiliki pendirian. Menjadi permata dalam lumpur yang hitam, bahkan tak secuil tanah pun dapat mengotori daging pupuyu yang putih bersih.  begitulah pribadi yang mampu bertahan dalam tantangan zaman.

Ikan pupuyu juga merupakan ikan pejuang, dalam bahasa inggris ikan ini disebut climbing gouramy karena mampu untuk merangkak kedaratan. Ikan pupuyu menggunakan tutup insangnya untuk berjalan layaknya kaki pada hewan darat. Saat musim kemarau tiba ikan pupuyu berjuang dari satu lubuk ke lubuk lain demi mempertahankan hidupnya. Ikan ini terlalu berani mengambil resiko melintasi daratan, tidak ada kata pasrah dan bertahan dengan apa adanya.

 Begitulah selayaknya mental seorang pejuang dan kompetitor. Peradaban kehidupan manusia akan berhenti apabila manusia cepat puas dan begitu terbuai dengan kenikmatan yang dimiliki. Padahal dalam satu kenikmatan tersimpan sebuah ancaman. Bayangkan jika ikan pupuyu begitu terlena dengan lubuknya, maka ketika air kering karena panas dua tiga hari dimusim kemarau, tamatlah riwayatnya.  Langkah ekstrim perlu diambil meski itu mengandung resiko, demi mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Tapi bukankah kita harus selalu bersukur dengan apa yang kita punya? Maka jawabnnya adalah usaha merupakan satu-satunya pembeda antara syukur dan putus asa.

Begitulah mungkin pesan yang disampaikan ikan pupuyu kepada ratusan kompetitor muda yang kala itu tengah berkompetesi. Pada intinya mereka adalah para pejuang, dan jalan perjuangan masih terlalu panjang. Mereka hanya memiliki dua pilihan, menjadi tunas yang terus mekar, atau menjadi layu mati tidak berdaya. Di tempat itu LKS SMK Kalimantan Selatan 2016 bukanlah titik akhir perjuangan dengan persiapan yang panjang, tapi merupakan langkah awal dalam perjuangan ke masa depan.

Lalu apakah dengan menjadi tangguh seperti papuyu, bersisik perisai, berjuang dan pantang menyerah, sudah menjadi jaminan akan kesuksesan dan hidup yang baik? Rupanya ikan ini belum berhenti berpesan. Sayangnya, pesan terakhirnya hanya dapat dipahami oleh segelintir orang. Jika dalam sisik kerasnya tersimpan daging yang manis dan gurih, maka dalam daging yang manis itu tersimpan sebuah jeritan.

Dijaman yang terus berubah, ikan papuyu rupanya juga mengharapkan suatu perlindungan. Dunia tanpa batas, begitu mungkin habitat papuyu akan diserbu sekawanan piranha dari rimba amazon. Mereka juga sangat mungkin terdesak oleh kawanan ikan-ikan canggih yang menguasai teknologi barat, atau ikan-ikan dari tanah china yang jumlahnya tak terkira. Yang tentu saja ”ikan pendatang” juga membawa semangat juang tak terkira. Apa yang bisa diperjuangkan jika lubuk-lubuk sudah begitu penuh.

Lalu setelah semua lubuk penuh, kawanan pupuyu mendengar sebuah pepatah  yang sangat bijak “jadilah ikan yang besar dalam lubuk yang kecil, maka lubuk itu akan besar karena keberadaanmu”. Maka bersatulah para pupuyu untuk membuat sebuah lubuk di bumi sendiri demi kesejahteraan bangsanya, tapi usaha yang begitu mulia justru dikhianati bangsanya sendiri. Betapa tidak, tanah-tanah yang lunak dan segar, kini telah berganti menjadi tumpukan semen bertulang. Sebuah dinding birokrasi yang begitu sulit ditembus seekor pupuyu perakit televisi, penemu mobil listrik, atau bahkan seorang pencipta lagu. Sementara ikan-ikan impor, begitu nyaman dengan kolam berdinding beton buatan pemerintah negara yang dijajahnya. Ahh, nampaknya begitulah papuyu, pesan tanpa suara yang ia sampaikan terdengar begitu mengganggu. 




Papuyu dan Pesan Tanpa Suara - Oleh : Hasbiyani Ghani 4.5 5 Ahmad Faisal   Penulis : Hasbiyani Ghani Mahasiswa FMIPA ULM - Asrama Wasaka 1 Di penghujung tahun 2016  hajatan Lomba Kompetensi Siswa SMK tingkat provi...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentarnya dengan bahasa yang sopan, terima kasih atas kunjungannya.