Diprediksi Lima Tahun Lagi Jebol
Jika Bendungan Riam Kanan Tidak Dijaga
Tour de Galau. Jalan dibeton bro!!!!. Lumpur di teluk bahkan dapat ditanami sayur mayur.
Pambakal Tiwingan Lama, H. M. Aidi Gazoli kita jadikan saksi akan kehadiran lumpur yang mengancam Bendungan Riam Kanan ini. Kami, kedua penulis mengulang ulang beberapa pertanyaan seputar lumpur ini. "Sekarang lah saatnya untuk melihat dan merasakan langsung bahwa lumpur itu benar benar banyak" ujarnya.
Pambakal Aidi cemas meski tak terancam |
Sejak tulisan seri ke 7 kita hadirkan, semburat kekhawatiran bahwa tulisan ini mungkin dipandang mengada ada. Karenanya kami terus mencari informasi bari berbagai sumber dan pemantau lapangan. Teman kita sumber informasi cukup valid adalah M. Arsad seorang petani andalan perikanan di Batu Kambing adalah karyawan PLTA. Berikutnya Sabilal Rasyad, pemantau sukarela jalur Banjarbaru-Awang Bangkal Barat. Kepada pihak pihak lain yang tidak memungkinkan kami sebutkan.
"Tahun 2006 itu, Gubernur Rudy Arifin memerintahkan langsung agar pembuangan diseberang dibongkar" pungkas Pambakal Aidi. Sebelumnya warga Tiwingan Lama gotong royong dengan peralatan seadanya mencoba membongkar aluran pelimpasan yang ternyata dibendung selebar empat meter. Pelimpasan yang dimaksud adalah pelimpasan kedua (lihat Count Down 3). Pengalaman memang belum pernah ketinggian air melebihi 60 meter sehingga pintu pelimpasan ini akan berfungsi.
"Malah ditutup" Pambakal Aidi menarik nafas. "Kami sebenarnya tidak akan tenggelam bila bending itu ambruk" Celotehnya seakan ingin menegaskan bahwa bukan masalah akan jadi korban atau tidak tapi ini bencana kemanusiaan.
Pembakal Aidi tinggal di Tiwingan Lama tepatnya seberang pelabuhan. Untuk mencapai tempat tinggal beliau ada jembatan yang menghubungkan "Teluk" itu.
"Tahun 1973 bendungan di resmikan, pada tahun 82 kelotok tidak dapat lagi masuk ke teluk" katanya menjelaskan bahwa Sembilan tahun operasional lumpur sudah member peringatan melalui kelotok yang tak bisa masuk teluk saat musim kemarau.
Maka tidak berlebihan bila sebuah tim peneliti melalui "sounding" kata Pak Aidi, menyimpulkan harus segera mengambil lumpur setelah 39 tahun beropersi. "Ini, saat ini datang dan lihat" tantangnya.
Soal rencana penyedotan lumpur di sekitar bendungan, informan kita M. Arsad membisikan bahwa tidak tahun ini. "Ada lembaga lain yang mengatakan bahwa lumpur yang ada tidak pada level mengkhawatirkan" Namun relawan pantau kita Sabilal Rasyad melaporkan bahwa jalan menuju Bendungan diperbaiki dengan kontruksi luar biasa. "Ini indikasi bahwa lumpur harus disedot, buktinya jalan sudah diperbaiki" katanya.
Tim penulispun melakukan check and periksa ulang melalui Tour de Galau. Jalan dibeton bro!!!!. Lumpur di teluk bahkan dapat ditanami sayur mayur.
di tunggu realisasi...tindakan si empunya kewemangan (lah)..
BalasHapusparak kah sudah "jebol" atau dibaikikah??
BalasHapusok bos
BalasHapussemakin sehari semakin parak
BalasHapusBos-bos nang di Martapura, Banjarbaru lawan di Banjarmasin sabujurnya sudah jua basasiap mahadapi mun kaena bujur bandungan jabul. Mulai ai basisiap tinda atawa tanaga kamanusiaannya
BalasHapuskita ni cukup dimanjakan alam, tamasuk kadada gempa dan gunung berapi. Tapi jangan lengah, bendungan ini bisa lebih dasyat dari tsunami Aceh
BalasHapusbedoa aja kada cukup manglah
BalasHapussangat, ini ada ayatnya.
BalasHapuskita takuni mas bilal ya.. ayatnya?!
BalasHapusyakinlah ada.
BalasHapus