Dilema UMKM Menuju Dunia Digital - Oleh : Hasbiyani Ghani

 

 

Penulis : Hasbiyani Ghani
Mahasiswa FMIPA ULM - Asrama Wasaka 1

Beberapa waktu lalu, penulis mengikuti kegiatan pendampingan para pelaku UMKM dalam pelatihan dan  pengembangan bisnis UMKM melalui media digital yang diadakan di kantor Dishubkominfo Provinsi Kalimantan Selatan. Kegiatan pendampingan yang dimaksud adalah sebuah pelatihan  bagi para pelaku UMKM mengenai bagaimana cara memasarkan produk-produk mereka secara online menggunakan media digital. Peserta berasal dari kalangan pelaku UMKM dan ekonomi kreatif dari seluruh perwakilan kabupaten kota di provinsi kalimantan selatan. Sebuah kegiatan yang memilliki itikad baik guna menyejahterkan masyarakat pelaku usaha kecil dan menengah di daerah.

Ada berbagai alasan yang mungkin menjadi dasar mengapa kegiatan ini diadakan. Mengutip sedikit kata-kata Bill Gates “ Jika bisnis anda tidak dilakukan secara daring (Online), maka akan bangkrut sehingga sudah saatnya semua bisnis dilakukan secara online”. Tidak ada yang salah memang dengan kalimat tersebut, meskipun sebenarnya kalimat yang diucapkan boss digital jagat raya itu sedikit bernada komersial. Sadar atau tidak perkembangan digital telah merambah semua segmen kehidupan, termasuk dalam persaingan usaha dan bisnis. Pasar mobile melalui media internet adalah sebuah tantangan dimana jangkaunnya tidak lagi berdasar pada ini wilayahku atau ini wilayahmu.

    Jika kita melihat peluang pasar digital didalam negeri, terdapat 255,5 juta penduduk indonesia dengan tingkat urbanisasi 51 persen. 72,7 juta diantaranya adalah pengguna internet aktif dan 75 juta pengguna media sosial berbasis internet.  Di indonesia terdapat 308.2 juta mobile connection yang dimiliki oleh 64 juta orang. Akan sangat disayangkan jika statistik yang menguntungkan gagal dimanfaatkan para pelaku usaha kecil dan ekonomi kreatif.

            Menurut manager BGE service PT. Telkom Kalimantan Selatan Yogi Bachtiar, diprediksi pada tahun 2020 akan ada miliaran konsumen baru dari kelas menengah diseluruh dunia. 30 persen konsumen tersebut dipredeksi berasal dari Asia, terutama negara-negara besar seperti Tiongkok, India, dan Indonesia. Tahun 2020 masyarakat indonesia akan semakin “gila belanja”. Dimana mereka menginginkan produk yang eksklusif dan sesuai dengan keinginan mereka. Gaya hidup masyarakat yang “tidak ingin repot” serta pola yang instan menjadi sebuah tantangan untuk memuaskan konsumen-konsumen masa kini.

            Jika kita kaitkan dengan pelaku UMKM, maka hal ini menjadi angin segar yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Pemanfatan teknologi informasi secara komprehensif dan integratif dalam rangka mendukung proses bisnis akan mampu menjadi jawaban dalam permasalahan ini. melalui cara ini pelaku wirausaha dapat menggali informasi  pasar, sehingga dapat mengembangkan usaha sesuai dengan permintaan yang diminati masyarakat. Selain itu dalam hal pemasaran, metode ini tidak berbatas waktu, hemat tenaga dan biaya serta memiliki pangsa pasar yang luas.  sehingga bukan tidak mungkin, produk-produk lokal yang dihasilkan oleh para pelaku UMKM mampu menembus pasar global.

            Keseluruhan terdapat sekitar 58 juta UMKM di Indonesia. Sektor ini menyumbangkan sekitar 58 persen pendapatan domestik bruto. Dari angka tersebut hanya sekitar lima persen yang mengembangkan bisnis secara online. Sebuah angka yang sangat disayangkan sebenarnya namun sangatlah beralasan jika kita tela’ah lebih dalam. Hal ini bukan karena mereka belum mampu melihat pasar yang besar dan menerima perubahan. Namun lebih pada ketidak berdayaan mereka dalam menghadapi perubahan tersebut.

            ”Aku jangan maudak internet, mahidupi kumputer gin kada bisa, manggitir tangan” ucap salah satu peserta yang sudah tidak muda lagi dalam  kegiatan pelatihan pemanfaatan teknologi informasi di Dishubkominfo. Menarik memang jika menyimak curahan hati mereka dalam menghadapi perubahan digital saat ini. Melihat semangat dan antusias mereka, maka tak ubahnya seperti melihat columbus saat menemukan banua baru, mereka meyakini disinilah mereka akan menemukan kejayaan.

            Tetapi mungkin semangat mereka akan hilang ketika mereka kembali kedaerah masing-masing, menjalankan usaha seperti biasanya. Betapa tidak? selain mereka belum terlalu paham mengenai cara pemanfaatan teknologi informasi, fasilitas yang ada di daerah juga tidak begitu memadai. Selayaknya kapal yang diterjang ombak, semangat mereka karam tak berbekas. Mereka kembali menjalankan usaha secara tradisional dan seadanya.

 Fasilitas penunjang seperti internet masih menjadi kendala utama dalam pemanfaatan teknologi informasi bagi para pelaku UMKM di daerah. Mereka tidak dapat mengakses secara terus menerus dan usaha menjadi tidak efektif. Berbeda dengan mereka yang berasal dari perkotaan yang tidak memiliki masalah dengan koneksi internet. Jika kita lihat fakta 55 persen pelaku e-commerce di indonesia berada di kawasan jabodetabek Akan tetapi produk unggulan yang melambangkan ciri khas suatu daerah justru lebih banyak berasal dari daerah di pedesaan.

Keadaan semacam ini menuntut agar tidak hanya memberikan bantuan secara teoritis kepada pelaku usaha. Tapi juga harus ada upaya konkrit yang mampu mendorong pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis secara online. Demi terwujudnya UKM yang maju, mandiri, dan modern dengan melibatkan pentahelix stakeholder (bussines, goverment, community,  media, dan academy).

Peningkatan infrastruktur dan pemerataan pelayanan internet diseluruh daerah di Indonesia perlu dipercepat. Disamping pembinaan yang dilakukan secara berkelanjutan. Karena UMKM adalah penopang ekonomi kerakyatan yang selalu tumbuh dan berkembang.

Seperti yang dilakukan oleh PT Telkom indonesia yang bekerjasama dengan pemerintah setempat membangun kampung UMKM digital. Meskipun saat ini kampung tersebut dibangun di perkotaan, harapannya kampung ini juga akan dibuat dipedesaan.

Dalam mencapai keberhasilan harus diupayakan bersama-sama. Searah sehaluan saling merangkul dan memberi dorongan. “Kepada para peserta yang tidak mengerti, silahkan minta bantuan kepada adik-adik mahasiswa yang mendampingi, siapa tahu suatu hari bisa diangkat jadi menantu dan dibawa pulang membantu usaha onlinenya dirumah”. Begitulah celoteh mederator dalam akhir diskusi yang disambut gelak tawa para peserta. Mungkin kalimat tersebut ada benarnya dan bukan hanya sekedar candaan. Mahasiswa dari kaum intelek memang harus juga turun kelapangan untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini. selain memberikan pemahaman teknologi, juga diharapkan mahasiswa akan tertular semangat wirausaha dan hidup mandiri.

Dengan demikian indonesia akan mampu mengembangkan UMKM sebagai tonggak ekonomi kerakyatan yang kokoh. Sehingga akan menjadi negara dengan perkonomian yang kuat dan mampu bertahan dalam gejolak ekonomi global. Demi cita-cita bangsa indonesia yang dirindukan, mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.


  

Dilema UMKM Menuju Dunia Digital - Oleh : Hasbiyani Ghani 4.5 5 Ahmad Faisal Buah pikir mahasiswa   Penulis : Hasbiyani Ghani Mahasiswa FMIPA ULM - Asrama Wasaka 1 Beberapa waktu lalu, penulis mengikuti kegiatan pendampingan para pelaku U...


3 komentar:

Mohon komentarnya dengan bahasa yang sopan, terima kasih atas kunjungannya.