Pengganti Buah Tangan

 

Catatan perjalanan dari (secuil) Negeri Tirai Bambu

SEPEDA YES MOTOR NO

Ini oleh oleh yang kubawakan kepada semua saudara baik yang minta maupun tidak, bisa keluarga wasaka satu atau wasaka lainnya terutama wasaka III (asput- asrama putri). Sungguh! Bukan bergaya dan tersemburat kesombongan disekitarnya. Lebih dekat kepada sebuah pengakuan atas ketidak berdayaan untuk membawakan buah tangan. Bersamaan dengan itu bertujuan juga membagi cerita meski belum yakin akan bermanfaat langsung bagi kehidupan kita semua.

Guangdong Provinsi.

Guangzhou merupakan ibukota dari provinsi selatan China yang dinamakan Guangdong. Berpenduduk 10 jutaan kota ini tentu saja beda tipis dengan Jakarta soal penghuninya. Guangdong sendiri berpenduduk sekitar 200 juta jiwa.

Kota ini disebut-sebut sebagai kota industry di China, aku tak punya bukti untuk mendukung atau menolak pernyataan ini. Namun ketika kami disana muncul berita di telivisi tentang usaha-usaha bunuh diri beberapa buruh pabrikan Aple-(itu kan merk istimewa produk computer) katanya karena banyaknya permintaan akan Apple maka para buruh di"perintahkan lembur.Kejadian ini ada di seputaran Guangzhou.

Carilah ilmu walau sampai ke negeri China. Penggugah semangat ala Rasulullah ini kupasang sebagai niat utama. Maka kemudian kami mengunjungi makam Sa'ad ibn Abi Waqas, salah seorang paman Muhammad Nabi Besar. Makam itu terpelihara, menjadi tujuan wisata. Kami berkesempatan meminum air dari sumur seputaran makam yang usianya lebih dari 1300 tahun lalu. Juga mengunjungi mesjid yang berada dijantung kota tua Guangzhuo.

Diseputaran mesjid ini banyak ditemukan resto dan bahan makanan (daging sapi dan kambing) berlabel Halal. Tentang makanan halal ini meski cukup sulit didapat tapi ada, bahkan di kawasan Beijing Lu agak pojokan kita bisa temukan rumah makan Halal dengan sajian istimewa "sate" kambing pakai tusuk gigi.

Wisata Air Sungai Mutiara.

Baiknya kita malam hari berwisata air ini, itu disebabkan oleh para pemandu akan menyarankan seperti itu. Keindahan sungai Mutiara bukan sesuatu yang luar biasa. Hanya tatanan tepian dengan gedung tinggi berhiaskan lampu warna warni. Perjalanan wisata air ini menggunakan perahu seperti bis air milik kita yang makin langka. Kita berperahu lebih kurang satu jam. Penumpang dibagi dua kelas, biasa dan eksekutif-aku pastilah berada dikelas terakhir itu. Melewati dua buah jembatan yang juga warna warni lampunya.

Duduk pada resto atau kita jalan kebagian dek perahu ini, sama nikmatnya. Hal itu karena tidak ada kebisingan suara mesin perahu jadi kita bisa bercengkerama tanpa harus berteriak teriak. Itu saja bedanya.

Tanpa Sepeda Motor

Kota ini tetap terasa di China mesti tak ada satupun sepeda motor berlalu lalang disini. Kata penterjemah kami Mrs Wendy (demikian dia menyebut dirinya) ini dilakukan sejak tahun 2003. Penghapusan sepeda motor ini menjadi trademark Guangzhou. Lalu apa karena ini maka kami tidak menemukan kemacetan? Mungkin salah satu sebab saja. Tapi Jakarta tanpa Motor atau Banjarmasin tanpa Motor?

Jangan mimpi memusnahkan sepeda motor dari jalanankota bila fasilitas umum tidak memadai. Jalan dengan system seperti jaring laba-laba harus terhubung bukan dengan ojek-sebab ojek berarti sepeda motor.

Sekolah, jua sarana umum seperti pasar atau mall dan lainnya selalu dapat dijangkau dengan hanya berjalan kaki sepuluh menit paling lama dari satu titik pemberhentian bis, dan atau MRT (mono rell tranfortation). Namun MRT tak tampak berlalu lalang sebab beliau berseleweran mirip cacing di bawah tanah.

Tanda adanya station atawa pemberhentian tempat naik turunya penumpang dapat dilihat pada semacam rambu lalulintas dan tanda tersebut akan diperbesar lagi pada titik dimana MRT station itu ada.

Sarana angkutan pribadi yang merakyat adalah sepeda (ya sepeda ontel). Ketika disuatu perempatan kami temukan sepeda motor listrik dipakai seorang polisi - dengan cepat Mrs Wendy menerangkan bahwa itu termasuk kategori sepeda.

Bersulang

Memperhatikan lagi film silat Pendekar Rajawali, bersulang memang sepertinya budaya yang tidak diragukan lagi di China termasuk provinsi Guangdong tepatnya kota Guangzhou. Bersulang artinya meneguk minuman bersama sama. Dapat berjamaah seluruh peserta pertemuan dan bisa juga face to face saja.

Bagi kita bersulang bukan persoalan sulit memahaminya tapi isi gelasnya itu yang kurang nyaman di hati. Makin kita terlihat gugup makin gencar mereka memprovokator kawan kawan tuan rumah untuk bersulang face to face dengan kita.

Bandara Baiyun

Guangzhou Baiyun International Airport adalah Bandara utama di Guangzhou. Airport ini sungguh memberikan sambutan selamat dating pada sebuah kota industry dan pasar grosir terbesar di China. Kesan yang ingin kami bagi adalah hati hati tersesat saja.

Gedung nya besar dan tinggi bukan karena beberapa lantai tapi memang jarak antara lantai dan plapon lumayan tinggi lebih dari sepuluh meter. Jagi terasa berada di alam terbuka yang ber AC.

Demikian salam Waja Sampai Kaputing.

Pengganti Buah Tangan 4.5 5 Ahmad Faisal Catatan perjalanan dari (secuil) Negeri Tirai Bambu SEPEDA YES MOTOR NO Ini oleh oleh yang kubawakan kepada semua saudara baik yang mi...


5 komentar:

  1. makasih oleh-olehnya, serasa kita umpat jua ke negeri China

    BalasHapus
  2. !!Kada kawa bekomentar nah bang ai...terkagum kagum aja....sambil mehayal...kapan lah kawa kesana jua..???

    BalasHapus
  3. foto foto terhalang teknologi untuk kami sertakan dalam satu paket.

    BalasHapus
  4. luas sudah hutang janjiku

    BalasHapus

Mohon komentarnya dengan bahasa yang sopan, terima kasih atas kunjungannya.