Jangan Halangi Anak Berdebat
Pengantar Penyunting- si Tukang sadur;
Debat berasal dari kata bahasa Inggeris. Menurut Prof Dr. Kamrani Buseri MA dalam diskusi keluarga tahun 2004; "debat lebih prontal dari diskusi". Para pihak dapat saling menjatuhkan argumen bahkan menuding secara pribadi jika ternyata antara pernyataan tidak sejalan dengan perlikaku keseharian- atau omong doang. Karenanya kemampuan anak berdebat _awalnya dalam lingkungan keluarga-dalam menengah dan panjang jangka panjang mampu membuat anak menolok terhadap MIRASANTIKA(Rhoma Irama). Miransantika adalah minuman keras dan narkotika.
Liputan6.com, Sydney: Ketika orangtua mengajarkan anak-anak mereka untuk tidak berdebat dengan orang dewasa, sebuah penelitian malah menunjukkan manfaatnya. Berdebat ternyata memberikan pengaruh positif dalam kehidupan anak remaja mereka.
Penelitian ini dilakukan University of Virginia. "Ternyata apa yang terjadi di dalam keluarga sebenarnya adalah remaja belajar bagaimana bernegosiasi dengan orang lain," kata Profesor Psikologi dan Penulis penelitian itu, Joseph Allen. Penelitian ini akan diterbitkan dalam jurnal Child Development.
Allen mengatakan, orangtua sering ketakutan setengah mati dari tekanan temannya. Tetapi mereka juga frustasi dengan anak yang argumentatif. "Apa yang kami temukan adalah ada hubungan yang mengejutkan antara keduanya," jelasnya.
Allen mengungkapkan, remaja dapat belajar dengan serius dari interaksi dengan orangtuanya. "Terkadang itu memberitahukan kepada orangtua biarkan anak remaja mereka beragumentasi dengan mereka," kata mahasiswa pascasarjana Psikologi Klinis, Joanna Chango seperti dilansir News.com.au, Selasa (19/6).
Bahkan, belajar keterampilan beragumentasi yang efektif bisa membantu remaja menjadi pribadi yang tegas dan membangun pribadi yang mandiri.
Penelitian ini merupakan bagian dari studi longitudinal dengan mengamati 150 anak-anak berusia 13 tahun yang terlibat adu argumentasi. Peserta kemudian disurvei selama tiga tahun tentang pengalaman mereka dalam narkoba ataupun alkohol.
Pada usia 13 tahun, ketidaksetujuan mereka dengan ibu mereka direkam. Rekaman itu kemudian diputar agar ibu mendengarnya. "Biasanya, itu semacam perselisihan yang tidak dapat dipecahkan," ujar Chango, dengan menambahkan bahwa topik yang dibicarakan seputar aturan di rumah dan tunjangan bulanan.
Setelah diskusi itu dibuka kembali, Chango mengatakan peneliti memfilmkan para remaja dengan ibu mereka selama delapan menit.
Para remaja yang terlihat percaya diri dan menggunakan alasan untuk mendukung pernyataan mereka, lebih cenderung menolak menggunakan obat-obatan dan alkohol pada survei tiga tahun kemudian.
"Pada dasarnya, temuan utama kami ini adalah semakin banyak remaja yang bisa terbuka dalam berpendapat dan bersikap tegas, mereka lebih cenderung melawan pengaruh teman sebaya mereka untuk menggunakan obat dan alkohol beberapa tahun kemudian," ujarnya.
Chango merekomandasikan para orangtua untuk mengajarkan anak-anak mereka cara yang efektif menyampaikan pikiran dan emosi mereka selama berkonflik, yang pada gilirannya mengajarkannya mereka bertahan dari pengaruh negatif di luar rumah.
Dia juga mengatakan, penting bagi orangtua untuk mendengarkan kekhawatiran mereka selama berkonflik. "Orangtua harus mengajarkan dengan memberikan contoh dan model diskusi yang baik untuk anak mereka," ujarnya.
Selain itu, orangtua juga diimbau tegas dan membuktikan kepada anak remaja mereka bahwa memberikan alasan dengan cara yang baik dan moderat, lebih efektif daripada merengek atau kelakuan buruk seperti membanting pintu.
"Jika mereka dapat belajar bagaimana menjadi percaya diri dan persuasif dengan orangtua, mereka nantinya akan melakukan hal yang sama dengan rekan-rekan mereka," jelas Chango.(MEL)
Penelitian ini dilakukan University of Virginia. "Ternyata apa yang terjadi di dalam keluarga sebenarnya adalah remaja belajar bagaimana bernegosiasi dengan orang lain," kata Profesor Psikologi dan Penulis penelitian itu, Joseph Allen. Penelitian ini akan diterbitkan dalam jurnal Child Development.
Allen mengatakan, orangtua sering ketakutan setengah mati dari tekanan temannya. Tetapi mereka juga frustasi dengan anak yang argumentatif. "Apa yang kami temukan adalah ada hubungan yang mengejutkan antara keduanya," jelasnya.
Allen mengungkapkan, remaja dapat belajar dengan serius dari interaksi dengan orangtuanya. "Terkadang itu memberitahukan kepada orangtua biarkan anak remaja mereka beragumentasi dengan mereka," kata mahasiswa pascasarjana Psikologi Klinis, Joanna Chango seperti dilansir News.com.au, Selasa (19/6).
Bahkan, belajar keterampilan beragumentasi yang efektif bisa membantu remaja menjadi pribadi yang tegas dan membangun pribadi yang mandiri.
Penelitian ini merupakan bagian dari studi longitudinal dengan mengamati 150 anak-anak berusia 13 tahun yang terlibat adu argumentasi. Peserta kemudian disurvei selama tiga tahun tentang pengalaman mereka dalam narkoba ataupun alkohol.
Pada usia 13 tahun, ketidaksetujuan mereka dengan ibu mereka direkam. Rekaman itu kemudian diputar agar ibu mendengarnya. "Biasanya, itu semacam perselisihan yang tidak dapat dipecahkan," ujar Chango, dengan menambahkan bahwa topik yang dibicarakan seputar aturan di rumah dan tunjangan bulanan.
Setelah diskusi itu dibuka kembali, Chango mengatakan peneliti memfilmkan para remaja dengan ibu mereka selama delapan menit.
Para remaja yang terlihat percaya diri dan menggunakan alasan untuk mendukung pernyataan mereka, lebih cenderung menolak menggunakan obat-obatan dan alkohol pada survei tiga tahun kemudian.
"Pada dasarnya, temuan utama kami ini adalah semakin banyak remaja yang bisa terbuka dalam berpendapat dan bersikap tegas, mereka lebih cenderung melawan pengaruh teman sebaya mereka untuk menggunakan obat dan alkohol beberapa tahun kemudian," ujarnya.
Chango merekomandasikan para orangtua untuk mengajarkan anak-anak mereka cara yang efektif menyampaikan pikiran dan emosi mereka selama berkonflik, yang pada gilirannya mengajarkannya mereka bertahan dari pengaruh negatif di luar rumah.
Dia juga mengatakan, penting bagi orangtua untuk mendengarkan kekhawatiran mereka selama berkonflik. "Orangtua harus mengajarkan dengan memberikan contoh dan model diskusi yang baik untuk anak mereka," ujarnya.
Selain itu, orangtua juga diimbau tegas dan membuktikan kepada anak remaja mereka bahwa memberikan alasan dengan cara yang baik dan moderat, lebih efektif daripada merengek atau kelakuan buruk seperti membanting pintu.
"Jika mereka dapat belajar bagaimana menjadi percaya diri dan persuasif dengan orangtua, mereka nantinya akan melakukan hal yang sama dengan rekan-rekan mereka," jelas Chango.(MEL)
pangarasan...
BalasHapusbelajar menghargai...or belajar mempertahankan diri..??
BalasHapusbelajar hidup, saling menghargai, bertahan dan berkata dengan komitmen pada perbuatan
BalasHapus