Berikut kami cukilkan rekaman peristiwa
Siang itu matahari seperti biasa sinarnya terhalang awan cumulunimbus. Meski rinai hujan sudah berhenti sejak tadi, namun suasana basah masih meliputi desa tempat peristiwa ini kami rekam.
Diteras sebuah rumah besar bahkan mungkin salah satu yang terbesar dilingkungan ini, tempat kami berteduh sejak hujan deras menghalangi perjalanan kami.
Seorang lelaki tua mengisi harinya dengan sebilah pisau dan tumpukan bambu.
"Ayu, naik, naik ! " katanya manakala kami mengucap salam sambil mengibas air hujan untuk mengurangi basah, baru beliau berkata menjawab salam "wa alaikum salam".
Meski percakapan mengalir dan makin seru saat bungkusan rokok bergambar ganas turut berperan.
Tak ada yang istimewa.
Kami sudah dua kali bermaksud pamit, namun hujan yang tadinya agak reda meninggikan intensitas lagi dan lagi.
"Paring biasanya direndam kan Pak, biar awet? Tanyaku sekadar mengisi waktu.
"Tul. Meskipun bambu ini akan digunakan di air tetap saja lebih awet bila direndam sebelumnya"
Beliau menjawab tanpa menoleh. Penjelasan soal perendaman bambu ini ternyata melibatkan budaya dan pengamatan terukur meskipun tanda data dan analisa yang tertulis. Jelas dan terang benderang pria tua ini sangat memahami akan kehadiran makhluk pemakan bambu yang menyebabkan lapaknya.
"Kai...... Kai...."
Entah terkesima akan uraian teknis pengawetan bambu atau oleh ke-acuh-an sang pria tua ini yang menyebabkan kehadiran bocah perempuan tak kami sadari.
Saat ini sang pria tua itu antusias berpaling mencari suara itu sampai meletakkan pisahnya setengah terlempar.
Diraihnya anak itu dan langsung dipangku.
Kami tak tega mengganggu keakraban Kai dan cucunya.
Beringsut kami menyiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan. Lalu ,......
"Pian meolah apa, Kai?"
"Ayu tangguhi....." Tanpa melihat aku yakin itu suara sang Kai lagi bermanja manja dengan cucunya
"Sapu..... Kandang.... Pagar..... "
"Gasan Lukah Cu ai"
"Lukah gasan apa?"
"Ayu tangguhi....."
"Ayam......sate......es krimmm,"
"Lukah gasan manangkap Iwak"
Kami bergantian mengelap sadel sepeda motor
"Hidup Susi!!!!!!!!!!!!!" Teriak si gadis kecil. Kebetulan kami melihatnya melompat sambil mengacungkan tangannya.
"Susi? Siapa......." Belum putus suara sang Kai.
"Ayu tangguhiiiiii. Itu menteri perIwakan, Kai ai. Tadi kami belajar di sekolah.
Sambil menunggu agar bisa pamit dan mengucapkan terimakasih kami masih mengikuti percakapan berikutnya.
"Iwak apa nang kita tangkap Kai,!?"
"Haruan, papuyu, sapat....."
"Ulun kipung !!!!!!!!"
Lalu selanjutnya terdengar suara tangisan dari sang cucu. Menurut saksi mata Kai ini mencubit pipi cucunya.
Datanglah mama si gadis kecil minta penjelasan atas peristiwa kemesraan yang dalam hitungan detik berubah.
"Anak ikam mangipung Iwak" ujar sang Kai dengan datar.
aku tahu-ai lokasinya
BalasHapusSammmmma
Hapus