Generasi muda adalah penerus yang selalu dibutuhkan dalam setiap pergantian rentan waktu dari generasi kegenerasi. Jangan menjadi generasi yang setengah-setengah jadilah generasi yang seutuhnya. Dalam lintasan generasi Yogyakarta yang disebut sebagai kota pendidikan, kota budaya telah memberikan sumbangsih besar, telah melahirkan para tokoh-tokoh nasional lintas disiplin ilmu baik yang berasal dari kalangan orang Yogya sendiri atau daerah diluar Yogya, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua misalnya. Walau tidak semua, kebanyakan mereka dulu pernah bertempat tinggal di Asrama Mahasiswa Daerah masing-masing, bahkan tradisi seperti itu masih mendarah daging hingga saat ini. Sesuai yang pernah penulis sampaikan dalam Koran ini (baca Pikiran Pembaca Di Yogya, Ada Asrama Mahasiswa Lampung) dibeberapa ruas jalan strategis di Yogyakarta sering ditemui adanya Asrama Mahasiswa Daerah. Ada Asrama Aceh, Sumatera Barat dengan Bundo Kanduongnya, Kalimantan Barat dengan Dara Juantinya, Jawa Barat dengan Asrama Kujangnya, Sulawesi Selatan, Lampung dengan Raden Intannya (baru wacana), Sumatera Selatan dan lain-lain. Di Yogya inilah terbentuk dengan sendirinya miniatur tercinta Republik Indonesia. Sungguh indah bukan?
Tapi ingat, jangan berbangga dahulu, kita patut mempertanyakan kembali, apa makna, fungsi Asrama Mahasiswa Daerah hingga hari ini. Selain untuk ruang pemondokan mahasiswa apakah ada fungsi yang memberikan nilai lebih, jangan-jangan hanya tempat numpang makan, minum, tidur, hura-hura, pacaran, pesta narkoba dan kegiatan merugikan diri sendiri dan orang lain lainnya. Ada tiga hal utama yang kami tawarkan upaya untuk memaksimalkan peran Asrama Mahasiswa Daerah. Pertama, menanamkan semangat jiwa etnis masing-masing daerah. Setiap daerah pasti mempunyai falsafah hidup, seruan moral yang saat ini masih terpelihara. Seperti Jawa ada teposeliro, rukun agawe santoso, rawe-rawe rantas, tut wuri handayani, ing garso sung tulodo dan lain-lain. Seperti di provinsi Lampung ada sakai sambayan yakni sistem tolong menolong secara adat, nengah nyappur yakni komunikasi sosial, nemui nyimmah senang didatangi teman dan lain-lain. Sudah barang tentu daerah lainnya juga mempunyai prinsip-prinsip hidup. Kedua, menghidupkan tradisi akademik, kecil kemungkinan sebuah komunitas asrama mahasiswa daerah hanya dihuni oleh satu perguruan tinggi. Pada momen inilah yang akan menghidupakan nuansa asrama. Dengan sendirinya akan terjadi sebuah komunikasi kecil-kecilan antar disipilin ilmu yang dikemas dalam bentuk dialog atau diskusi. Ketiga, nuansa relegius. Untuk yang terakhir ini dibutuhkan usaha atau kerja keras dan kerja cerdas. Karena di dalam Asrama Mahasiswa Daerah sendiri juga tidak semua didomimasi oleh satu agama saja. Saling menghormati, toleransi dalam menjalankan ibadah adalah nilai-nilai yang paling kita tonjolkan jangan sampai terjadi ketersinggungan.
Para warga asrama mahasiswa daerah selain menuntut ilmu ia sebagai duta budaya dan pariwisata, maka wajib hukumnya untuk menjaga nama baik daerahnya selama ia menempuh studi. Substansinya adalah tidak hanya menjadikan Asrma Mahasiswa sebagai student center melainkan culture center. Masing-masing Asrama Mahasiswa Daerah di Yogyakarta khususnya, Indonesia umumnya pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, toh, walaupun dalam kekurangan jangan pesemis, ini adalah sebagai bukti kekayaan keanekaragaman kebudayaan bangsa Indonesia yang tetap utuh sekaligus totalitas kita kepada wawasan kebangsaan. Kita patut bersyukur mempunyai rumah yang bernama Indonesia.
Tapi ingat, jangan berbangga dahulu, kita patut mempertanyakan kembali, apa makna, fungsi Asrama Mahasiswa Daerah hingga hari ini. Selain untuk ruang pemondokan mahasiswa apakah ada fungsi yang memberikan nilai lebih, jangan-jangan hanya tempat numpang makan, minum, tidur, hura-hura, pacaran, pesta narkoba dan kegiatan merugikan diri sendiri dan orang lain lainnya. Ada tiga hal utama yang kami tawarkan upaya untuk memaksimalkan peran Asrama Mahasiswa Daerah. Pertama, menanamkan semangat jiwa etnis masing-masing daerah. Setiap daerah pasti mempunyai falsafah hidup, seruan moral yang saat ini masih terpelihara. Seperti Jawa ada teposeliro, rukun agawe santoso, rawe-rawe rantas, tut wuri handayani, ing garso sung tulodo dan lain-lain. Seperti di provinsi Lampung ada sakai sambayan yakni sistem tolong menolong secara adat, nengah nyappur yakni komunikasi sosial, nemui nyimmah senang didatangi teman dan lain-lain. Sudah barang tentu daerah lainnya juga mempunyai prinsip-prinsip hidup. Kedua, menghidupkan tradisi akademik, kecil kemungkinan sebuah komunitas asrama mahasiswa daerah hanya dihuni oleh satu perguruan tinggi. Pada momen inilah yang akan menghidupakan nuansa asrama. Dengan sendirinya akan terjadi sebuah komunikasi kecil-kecilan antar disipilin ilmu yang dikemas dalam bentuk dialog atau diskusi. Ketiga, nuansa relegius. Untuk yang terakhir ini dibutuhkan usaha atau kerja keras dan kerja cerdas. Karena di dalam Asrama Mahasiswa Daerah sendiri juga tidak semua didomimasi oleh satu agama saja. Saling menghormati, toleransi dalam menjalankan ibadah adalah nilai-nilai yang paling kita tonjolkan jangan sampai terjadi ketersinggungan.
Para warga asrama mahasiswa daerah selain menuntut ilmu ia sebagai duta budaya dan pariwisata, maka wajib hukumnya untuk menjaga nama baik daerahnya selama ia menempuh studi. Substansinya adalah tidak hanya menjadikan Asrma Mahasiswa sebagai student center melainkan culture center. Masing-masing Asrama Mahasiswa Daerah di Yogyakarta khususnya, Indonesia umumnya pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, toh, walaupun dalam kekurangan jangan pesemis, ini adalah sebagai bukti kekayaan keanekaragaman kebudayaan bangsa Indonesia yang tetap utuh sekaligus totalitas kita kepada wawasan kebangsaan. Kita patut bersyukur mempunyai rumah yang bernama Indonesia.
Sumber : ASRAMA MAHASISWA LAMPUNG YOGYAKARTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon komentarnya dengan bahasa yang sopan, terima kasih atas kunjungannya.