Teknologi Tepat Ekonomi

 

INI TANTANGAN MENGAPA MENRESTEK DARI GURU BESAR ILMU KEHUTANAN

WOOD PELLET kata inspirasi baru dari analogi kayu bakar.

Hak Pengelolaan HUtan (Alam) yang terkenal dengan HPH adalah contoh kasus yang banyak ke arah kiri (baca: negatife) dari model Pengelolaan Hutan Alam Indonesia.

Pada tahun 1990-an disinyalir kegiatan HPH meraup keuntungan di atas 80% dari modal usaha "terukur" dan hanya dinikmati atau terurai di daerah kawasna usahanya 17%. Selebihnya lari entah kemana namun belakangan dipahami beredar di Jakarta. Maka makin gundul hutan makin tinggi hutan beton tumbuh di Jakarta.

Ilegal logging adalah maha karya yang merubah wajah hujan lebih dari sekadar HPH. Boleh saja kita tidak sepakat karena sering kali HPH melengkapi dirinya secara formal dan non formal untuk hadirnya illegal logging.

Oknum aparatur bidang kehutanan atau yang terkait dengannya (kanwil kehutanan, dinas kehutanan dan juga aparat ketertiban dan keamanan) memberikan warna warni yang meriah akan keberadaan illegal logging.

Apapun system silvikultur yang diarahkan seperti TPTI – Tebang Pilih Tanam Indonesi – terpeleset menjadi Tebang Pasti Tanam Insya Allah; atau pun system Rumpang penemuan ayahanda Sagala pun menjadi "sampah"

Pasar yang terbuka dan tetap kompetitip (tak beda nyata harga legal dan illegal).

Lebih menyesatkan lagi bila itu ditimpakan sepenuhnya pada masyarakat local sekitar hutan dengan tudingan peladangan berpindah.

Secara teori hutan dan kayu adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Namun kecepatan renewable dengan derap kebutuhan hidup tak berimbang lebih lebih di sekitar kawasan hutan. Dengan jarak yang jauh dan sarana/prasarana transportasi yan g sulit maka harga produk apa saja dari hutan dan sekitarnya tergerus habis oleh biaya transport. Ini juga sekaligus menjelaskan bahwa kayu di hutan belum bernilai ekonomis.

Tapi kita boleh berbangga sekarang. Illegal logging mendekati titik nol secara ekonomis, meski secara teknis ojek kayu masih dengan mudah kita temukan.

Pendekatan system silvikultur untuk menghasilkan kayu bernilai ekonomis mesti dipadukan dengan penciptaan pasar yang variatif bukan sekadar sawntimber tapi ke arah multidimensi use seperti pulp/papper dan wood biomass pellet. Teknologi yang hemat bahan baku bila perlu terpadu sehingga limbah produk satu produk menjadi bahan baku untuk produk lainnya produk lainnya.

Wood biomass pellet adalah sangat mungkin berbahan baku limbah sawntimber dan juga dari produk awal budidaya untuk sawntimber. Kenapa swantimber menjadi penting karena memang bernilai ekonomis paling aduhai.

Wood pellet dapat dibuat dari kayu yang berumur 2 tahun sementara swantimber – bercermin dari fast grow sepert acacia dan jabon baru layak panen di atas sepuluh tahun. Bila dipadukan kita dapat menaman 10000 (sepuluh ribu) pokok dalam satu hektar. Lalu panen untuk wood pellet pada usia 2 tahun sebanyak 5000 (lima ribu) pokok, tahun ketiga panen lagi 2500 pokok, tahun ke empat 1250 pokok dan tahun kelima 625 pokok. (berapa asumsi volume kita bahas seri berikutnya)

Angkutan akan menjadi factor terpenting karena membawa kayu log (bulat) kecil akan menyisakan rongga lebih dari 50% kapasitas angkut. Maka pabrik wajib didekatkan ke hutan tepatnya ke petak panen setidaknya pabrik chipper sehingga yang terangkut menjadi bahan setangah jadi dan rapat dialat angkut.

Persoalan berikutnya adalah skala usaha. Hampir pasti bahwa skala produksi kecil akan lebih booros dari yang lebih besar. Ini tantangan bagi Prof Ir. (kehutanan) H. Gusti Muhammad Hatta. Menteri Riset dan Teknologi asal banua. Panggil kami Bapak kita cari teknologinya lahan dan ijin kami sudah pegang untuk HTR. Apakah ini maksud Bapak SBY menempatkan beliau pada posisi ini?

Teknologi Tepat Ekonomi 4.5 5 Ahmad Faisal INI TANTANGAN MENGAPA MENRESTEK DARI GURU BESAR ILMU KEHUTANAN WOOD PELLET kata inspirasi baru dari analogi kayu bakar. Hak Pengelola...


3 komentar:

  1. wah..inspiratif bos..mgkn kita perlu cari ide?

    BalasHapus
  2. cari waktu bertemu menteri di Komplek Beringin aja dulu, help please.

    BalasHapus
  3. mantap sangat...ide bagus dan sangat layak diperjuangkan...

    BalasHapus

Mohon komentarnya dengan bahasa yang sopan, terima kasih atas kunjungannya.