Energi Alternatif

 

Alasan (tidak) kembali ke KAYU BAKAR

"untuk hindari subsidi BBM Minyak Tanah, tapi malah ke pindah Gas"

Entah pandangan, atau filosofi, mungkin teori bisa jadi pemahanan yang belum terbantahkan; bahwa sebuah negeri mesti memiliki sedikitnya tiga (3) komponen utama.

Pertama rakyat dengan segala hormat dan ketidak berdayaannya. Mengakui dan menjaga sebuah wilayah dan pemerintahan.

Kedua Wilayah tentu saja yang bukan sekadar claim – pengakuan sendiri, tapi harus diakui oleh negeri lainnya.

Ketiga adalah pemerintah, baik yang monarki, demokratis, setengah demokratis atau gabungan monarki yang demokratis atau apalagilah. Untuk mendapatkan pengakuan bahasa perjuangannya adalah kemerdekaan maka pemerintah atas sebuah wilayah dengan rakyat di dalamnya seringkali tidak mandiri.

Pokok soal bahasan kita: Tidak terpilihnya Kayu Bakar sebagai alternative selain Minyak Tanah adalah karena Gengsi sebab kayu bakar hanya ada di belahan benua terbelakang, Asia dan Afrika.

Rakyat Indonesia masih pakai kayu bakar untuk memasak. Ini fakta, sebab rakyat tidak bisa hidup hanya dengan Gengsi sebuah bangsa. Meski debu berterbangan maka pencemaran, alasan kesehatan diisuekan. Rayat memilih kayu bakar. Bahaya kebakaran juga rakyat abaikan, tapi bila gas meledak beritanya dibesarbesarkan katanya.

Berikutnya kayu bakar sangat tidak bernilai bagi pendapatan Negara. Pajak tidak menjangkau, pabrikasi peralatan yang memungkinkan industri bekerja dan ada unsur nilai tambah juga tidak perlu. Dengan kayu bakar ekonomi rakyat yang berjalan. Perbankan tidak sudi, rakyat mandiri.

Maka jalan salahkan pandangan bahwa rakyat bagi pemerintahan di negaranya (sebut saja RI) adalah pasar. Jadi boleh disuguhkan komoditas apasaja dengan informasi tidak harus benar ya semacam iklan untuk rakyat. Singkat kata singkat cerita rakyat hanyalah objek bukan subjek.

Kalau mau lebih detail lagi maka tidak ada kesempatan main mata antara pengusaha dan penguasa. Walaupun tidak selamanya salah.

Alasan yang dibuat buat juga adalah akan gundulnya hutan. Maka erosi lalu banjir. Jadi ada sederet alas an agar kayu bakar hilang dari peradaban nusantara. Bahkan ada laporan BI disebuah Kabupaten di pulau Jawa yang berkesan bahwa pemakaian kayu bakar adalah naïf.

Jadi kita memang memerlukan kemandirian, jangan peduli pandangan bangsa lain kalau itu akan menyisakan GALAU.
Energi Alternatif 4.5 5 Ahmad Faisal Alasan (tidak) kembali ke KAYU BAKAR "untuk hindari subsidi BBM Minyak Tanah, tapi malah ke pindah Gas" Entah pandangan, atau filo...


6 komentar:

  1. teringat harumnya nasi masakan menggunakan kayu bakar di dapurnya AW1, latat memang, tapi bisa sambil mamanggang iwak karing

    BalasHapus
  2. Antara Gengsi Negara, Rakyat dan Kayu Bakar..makan tuh gengsi..makan tuh proyek..makan tuh gas LPG..makan tuh duit..makan tuh wadi (nah ini maka'am nyaman..nyam..nyam)

    BalasHapus
  3. makan dengan aroma kemandirian yang menyebabkan tatatpun sudi

    BalasHapus
  4. wow..bujur jua lah...

    BalasHapus
  5. ayo kita kampanyekan dg mengunakan kayu bakar sebagai 'Langkah pintar' yang bisa jadi saingan 'kartu pintar'(smart card)Pak Dahlan Iskan.

    BalasHapus
  6. ini kayu bakar identik juga dengan petani. karena kita terpaksa saja jadi negara agraris, terpaksa mengakui petani maka beginuuuu

    BalasHapus

Mohon komentarnya dengan bahasa yang sopan, terima kasih atas kunjungannya.