BUMI, DUNIA & AKHIRAT

 

Ternyata Akhirat ‘Masih’ Tidak Kekal... jar Agus Mustofa

Banyak diantara kita yang membayangkan alam akhirat itu nun jauh disana – beyond the universe. Padahal puluhan ayat Al Qur’an dengan sangat gamblang menceritakan bahwa alam akhirat itu terjadi di Bumi ini pula. Alam dunia terjadi di Bumi, alam akhirat pun terjadi di Bumi. Karena panggung drama kehidupan manusia ini memang ya planet Bumi ini..!
Boleh saja orang berangan-angan akan bisa hidup di planet-planet lain, dengan membentuk koloni-koloni seperti digambarkan oleh film sience-fiction. Tetapi kenyataannya, sampai sekarang manusia tak mampu melakukannya. Jangankan hidup dan membangun koloni di planet di luar tata surya kita, lha wong membangun koloni di satelit Bumi yang bernama Bulan saja tidak mampu.


Boleh saja jika ada yang membantah: ‘’yaah, itu kan karena di Bulan tidak ada atmosfernya’’. Justru karena itulah, sampai sekarang peradaban manusia belum menemukan planet yang sehebat dan seideal Bumi dalam mendukung terjadinya kehidupan secara sustainable. Planet Mars yang dulu diduga bisa menjadi tempat pengganti Bumi, sudah terbukti tidak bisa dihuni. Salah satunya, dikarenakan atmosfernya sangat beracun untuk kehidupan manusia. Juga tidak tersedia air dalam jumlah yang cukup dengan mekanisme sirkulasi yang mendukung berlangsungnya kehidupan.

Planet lainnya dalam tatasurya, apalagi. Merkurius, Venus, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus pun sudah disimpulkan oleh para ahli Astrobiologi, tidak mungkin bisa dijadikan sebagai tempat kehidupan. Jangankan untuk tempat hidup, lha wong planet-planet itu diantaranya tidak punya daratan, karena ‘bodinya’ cuma berupa gumpalan gas. Bagaimana bisa berpijak?

Selain itu, terbukti bahwa tubuh manusia ini sangat ringkih. Tidak ada ilmuwan yang berani mengirimkan manusia untuk melakukan penjelajahan ruang angkasa, karena risikonya sangat besar. Paling jauh yang dilakukan oleh manusia ya baru ke Bulan. Jaraknya cuma sekitar 380.000 km dari Bumi. Sedangkan ke Mars yang merupakan planet terdekat dengan Bumi pun, belum ada ekspedisi pesawat berawak yang dikirim kesana.

Tanggal 6 Agustus 2012, Amerika Serikat untuk kesekian kalinya, baru berhasil mendaratkan pesawat tanpa awak Curiousity di Mars setelah menempuh jarak sekitar 367.000.000 km. Apalagi ke planet-planet yang lebih jauh. Apalagi keluar tatasurya yang berjarak triliunan kilometer dari Bumi. Manusia hanya bisa mengandalkan ‘mata raksasa’ berupa teleskop untuk menonton benda-benda langit itu dari jarak jauh tanpa bisa mendatanginya.

Ringkas kata, panggung kehidupan manusia ternyata ya planet Bumi ini. Disinilah kita diciptakan, disini pula kita bakal dimatikan, dan dari perut bumi ini pula kita bakal dibangkitkan. Persis seperti cerita ayat berikut ini.

QS. Al A’raaf (7): 25
Allah berfirman: "Di bumi itu kalian hidup dan di bumi itu kalian mati, dan dari bumi itu (pula) kalian akan dibangkitkan.

Karena itulah Allah menginformasikan, bahwa manusia ini badannya terbuat dari saripati tanah Bumi. Bukan tanah Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus atau Neptunus. Sejak awal, manusia sudah dihidupkan di Bumi. Dan kelak akan mati di Bumi. Dan, ini yang lebih menarik, kita bakal dibangkitkan dari Bumi ini juga. Dari kuburan-kuburan yang berisi jasad kita semuanya.

Cobalah cermati: ketika manusia dibangkitkan dari dalam kuburnya kelak, saat itu kita berada di FASE DUNIA ataukah FASE AKHIRAT? Tolong jawab pertanyaan ini. Jawaban Anda, insya Allah sama dengan saya, yakni: berada di fase Akhirat. Karena, ‘hari berbangkit’ itu adalah fase dimana Bumi sudah mengalami kiamat terlebih dahulu, barulah manusia dibangkitkan untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Karena itu, proses kebangkitan niscaya berada di fase akhirat.

Lantas, dimanakah kita, saat fase akhirat itu datang? Berada di planet-planet lainkah, ataukah di angkasa luar sana, ataukah di alam ghaib di balik alam semesta? Kalau Anda mengacu ke QS. 7: 25, Insya Allah, jawaban Anda juga akan sama dengan saya, bahwa proses kebangkitan alias fase akhirat itu terjadi saat kita berada di Bumi. Bumi yang mana? Tentu saja yang kita tempati ini, dimana jasad kita dikuburkan, dan kemudian dibangkitkan hidup kembali untuk melanjutkan drama kehidupan.

Jadi kesimpulannya, fase AKHIRAT itu ternyata kita alami di PLANET BUMI..!

Puluhan ayat Qur’an bercerita tentang proses kebangkitan manusia dari dalam kuburnya itu. Dan semuanya terjadi di planet Bumi. Bukan di angkasa luar, atau apalagi di balik alam semesta yang tak tergambarkan. Allah menggambarkan proses kebangkitan itu dengan sangat ‘membumi’. Bahwa tulang-belulang kita yang sudah hancur di dalam tanah Bumi itu bakal diutuhkan kembali, sampai ke jari-jemarinya dengan sempurna.

QS. Al Mukminuun (23): 82-85
Mereka berkata: "Benarkah, apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan? Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (seperti) ini dahulu kala, ini tidak lain hanya dongengan orang-orang kuno!" Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui? Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat (sadar)?"

QS. Al Qiyaamah (75): 3
Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.

QS. Al Zalzalah (99): 6
Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.

Dimanakah semua itu terjadi? Jawabnya sekali lagi: di PLANET BUMI.
Kapan terjadinya? Tentu saja setelah kiamat Bumi: di FASE AKHIRAT.

Begitulah kalau kita merujuk kepada informasi Al Qur’an. Tetapi jika tidak merujuk kepadanya, tentu saja kita bisa berimajinasi seluas-luasnya, bahwa hari berbangkit itu terjadi di negeri antah berantah, entah dimana. Waktunya bisa kapan saja. Dan kemudian kita tak memperoleh kesimpulan apa pun selain mengatakan: ‘’kalau Allah menghendaki, semua bisa saja terjadi’’. Padahal, sebenarnya Allah sudah menjelaskan dengan bahasa yang sangat gamblang di puluhan firman-firman-Nya. Cuma kita saja yang masih keukeuh dengan pendapat kita yang tidak jelas dasarnya.

Kemudian ada pula yang bertanya begini: ‘’Tapi, bukankah Bumi yang ada di alam akhirat itu adalah Bumi yang lain? Ada lho dasar ayatnya, berikut ini’’:

QS. Ibrahim (14): 48
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.

Ayat di atas kalau kita cermati, bercerita tentang kondisi setelah terjadinya kiamat tapi sebelum hari pengadilan. Sehingga disana diceritakan orang-orang yang baru dibangkitkan dari dalam kubur itu berkumpul menghadap Tuhannya untuk menerima keputusan. Pemahamannya menjadi lebih jelas kalau kita kaitkan dengan ayat-ayat selanjutnya, sampai di ayat ke-51 berikut ini.

QS. Ibrahim (14): 51
Agar Allah memberikan balasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang telah ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya.

Maka, penggantian Bumi dengan ‘Bumi yang lain’ itu harus dipahami dalam konteks. Tidak boleh ditafsiri secara terpisah dari 'proses kebangkitan dari dalam kubur'. Kalau ayat tersebut dipahami secara bebas sebagai 'Bumi lama yang diganti dengan Bumi baru 100%', maka konsekuensinya kuburan kita tidak terdapat di Bumi yang baru itu. Sehingga puluhan ayat yang bercerita tentang kebangkitan manusia dari kuburnya tidak relevan lagi.

Dan mestinya, redaksi Al Qur’an tentang kehidupan manusia di fase ini diganti menjadi: ‘Allah MENCIPTAKAN KEMBALI manusia di fase akhirat’. Bukan ‘MEMBANGKITKAN dari dalam kuburnya’. Tidak demikian, bukan? Allah dengan tegas menjelaskan bahwa fase kebangkitan itu bukan menciptakan manusia baru, melainkan sekedar menghidupkan kembali jasad-jasad yang sudah hancur dimakan tanah itu.

Kata ‘membangkitkan dari dalam kubur’ menunjukkan bahwa Bumi di fase akhirat itu sebenarnya adalah planet Bumi yang sekarang kita tempati ini juga. Cuma, kondisinya sudah sangat berbeda, sehingga disebut sebagai ghairal ardhi ~ Bumi yang berbeda. Dikarenakan sudah mengalami kiamat yang sangat dahsyat dan bertambah dengan material dari benda-benda luar angkasa yang membombardirnya.

Maka, tak ada alasan untuk mengatakan bahwa alam akhirat tidak terjadi di planet Bumi. Alam berdimensi tinggi itu ternyata bisa diobservasi dari planet Bumi. Karena, alam yang berdimensi sepuluh itu memang sudah meliputi seluruh alam semesta yang dimensi langitnya lebih rendah. Termasuk alam dunia dimana planet Bumi berada.

Saya sering menyederhanakan penjelasan teori dimensi ini dengan mengumpamakan bola kecil di dalam bola yang lebih besar, di dalam bola yang lebih besar lagi, di dalam bola yang lebih besar lagi, sampai tujuh lapis. Bola yang paling kecil adalah alam dunia. Sedangkan bola yang paling besar adalah alam akhirat. Ketujuh bola yang berlapis-lapis itu diciptakan secara bersamaan. Planet Bumi berada di ruang bola yang paling kecil. Tetapi, karena bola yang paling kecil itu berada di dalam bola yang paling besar, dengan sendirinya planet Bumi itu sudah berada di dalam bola paling besar.

Dengan kata lain, planet Bumi dimana kita berada ini sebenarnya sudah berada di dalam Akhirat. Namun, karena ada batas dimensi di antara lapisan-lapisan langit itu, kita tidak merasa bahwa kita sedang berada di alam akhirat. Ya, ternyata alam dunia ini adalah ‘bagian kecil’ dari alam akhirat yang sudah meliputinya. Besarnya alam akhirat itu tak berhingga kali dibandingkan dunia, dalam pengertian fisikal maupun kualitasnya. Maka, pantas saja, Allah menyebut kehidupan dunia ini hanyalah seperti sebuah permainan dan senda gurau belaka, karena kehidupan yang sesungguhnya itu adalah ketika kita bisa merasakan alam berdimensi tinggi secara menyeluruh: saat batas dimensi antar langit dibukakan, di fase akhirat kelak...

QS. Al Ankabuut (29): 64
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main belaka. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.

Wallahu a’lam bishshawab.

~ salam ~

Judul Buku Serial Diskusi Tasawuf Modern (karangan Agus Mustofa):
01.  Pusaran Energi Ka'bah
02.  Ternyata Akhirat Tidak Kekal
03.  Terpesona Di Sidratul Muntaha
04.  Untuk Apa Berpuasa
05.  Menyelam Ke Samudera Jiwa dan Ruh
06.  Bersatu Dengan Allah
07.  Mengubah Takdir
08.  Tahajud Siang Hari Dhuhur Malam Hari
09.  Dzikir Tauhid
10.  Membonsai Islam
11.  Menuai Abad Bencana
12.  Tak Ada Azab Kubur?
13.  Polygami Yuuk!
14.  Ternyata Adam Dilahirkan
15.  Adam Tak Diusir Dari Surga
16.  Bersyahadat Di Dalam Rahim
17.  Melawan Kematian
18.  Metamorfosis SANG NABI
19.  Memahami Al Qur'an Dengan Metode Puzzle
20.  Beragama Dengan Akal Sehat
21.  Membongkar Tiga Rahasia
22.  Heboh Spare Part Manusia
23.  Berdoa Ataukah Menyuruh Tuhan
24.  Menjadi haji tanpa berhaji
25.  Membela Allah
26.  Khusyu Berbisik-bisik Dengan Allah
27.  Perlukah Negara Islam
28.  Salah Kaprah Dalam Beragama Islam
29.  Mitos Dan Anekdot
30.  Ma'rifat Di Padang Arafah
31.  Lorong Sakaratul Maut
32.  Energi Dzikir Alam Bawah Sadar
33.  Sang Pengantin dan Generasi Cinta
34.  Mengarungi 'Arsy Allah
35.  Ibrahim Pernah Atheis
36.  Jangan Asal Ikut-Ikutan Hisab & Rukyat
37.  ...
BUMI, DUNIA & AKHIRAT 4.5 5 eer 86 Ternyata Akhirat ‘Masih’ Tidak Kekal... jar Agus Mustofa Banyak diantara kita yang membayangkan alam akhirat itu nun jauh disana – be...


4 komentar:

  1. ada berapa seri ini? baru hatam satu nah.

    BalasHapus
  2. mungkin kata "akhirat" berasal dari kata dasar "akhir" artinya akhir di bumi (tetap berada di bumi)..

    BalasHapus
  3. umpat duduk basila nah, dihiga guru.

    BalasHapus
  4. yu kita ngaji... dua belum terbaca, paling berkesan no. 01, 02, 03, 08, 19, 21, 23 dan 32 kesimpulannya: tak ada pendapat di dunia ini yang bisa diterima semua pihak, bahkan Firman Allah sekalipun, hehe...

    BalasHapus

Mohon komentarnya dengan bahasa yang sopan, terima kasih atas kunjungannya.