Sekitar tahun 80-an, ada seorang petani yang paling kaya di desanya, di pedalaman Jambi.
Petani tersebut banyak mempunyai sawah dan kebun karet, tetapi tidak pernah keluar jalan-jalan dari desanya.
Karena ingin mencari peluang usaha lain, si petani berangkat ke Jakarta. Sesampai di bandara, petani tersebut langsung naik taxi keliling kota dan kebetulan sopir taxi nya jawa tulen.
Begitu melintas di depan hotel mewah, petani tersebut bertanya kepada sopir taxi," siapa yang punya hotel itu. Sopir taxi menjawab,"boten ngertos". Begitu seterusnya tanya jawab berlangsung ketika petani melihat rumah sakit, mobil mewah, gedung pencakar langit dll, sopir taxi selalu menjawab boten ngertos.
Dalam hati petani tersebut sangat kagum kepada boten ngertos, dia pikir orang ini pastilah yang paling kaya di Jakarta.
Akhirnya petani tersebut bertanya kembali," kalau saya punya uang dengan siapa saya bisa berbisnis". " boten ngertos", jawab sopir taxi.
Tidak menunggu lama, petani tersebut pulang ke desa di Jambi dan sampai di desa maka dia jual semua kebun dan sawah miliknya.
Dengan uang yang sangat banyak, petani tersebut kembali ke Jakarta dan setelah keluar dari bandara dia naik taxi lagi menuju hotel.
Ditengah jalan mobil taxi yang dinaiki petani tersebut berpapasan dengan mobil ambulan.
Petani bertanya kepada sopir taxi yang kebetulan jawa tulen juga," kenapa bunyi sirene ambulan tadi kok tidak keras." Si sopir menjawab," oh...itu tadi ..mengantar orang yang telah meninggal dunia."
,"Siapa yang meninggal dunia ?." tanya si petani penasaran." sopir taxi menjawab,"boten ngertos."
Waduh.......gagal deh berbisnis sama boten ngertos," guman si petani
Paling kaya di Jakarta
Label: Gupran
Gawat jua, mun sugih tapi meninggal
BalasHapushaha
BalasHapusHe..he maninggal sidin, kawannya ora gelem.
BalasHapus