Apa dan Mengapa "Suku dan Kesultanan Banjar"

 

Maksud dan Harapan

Tulisan ini bertujuan melakukan penyegaran atas penelaahan penulis bersama tim KINDAY (Tabloid Mahasiswa Unlam ) tahun 1990. Sumber utama adalah bahan tulisan dan foto yang terdapat di Museum Negeri Lambung Mangkurat Banjarbaru. Pada waktunya dulu tim KINDAY dibentuk dalam rangka hari jadi Kota Banjarmasin.

Selain itu ini juga dimaksudkan sebagai ucapan terimakasih kami, Tim KINDAY kepada keluarga Besar Dinamika Berita-koran "oposisi" –yang mau mencetak KINDAY pertama kali wabil khusus Almarhum Kanda Jauhar Hamid-"the big size and the big sporting for us".

Selain itu juga memberikan makna pada Milad ke 507 kesultanan Banjar. Namun dihadirkan lebih dekat kepada peringatan hari lahir Raja Muda Pangeran Haji Khairul Saleh. Membangkitkan lagi suasana kesultanan Banjar. Yang harus mau dipuji dan dicaci, sanggup dicintai dan dibenci, bersedia menerima semuanya tidak hanya sisi kanan tapi juga kiri.

Bandjar

Kata Banjar berasal dari kata BANDAR yang oleh pengucapan berubah, - kami menduga ada juga pengaruh pengucapan Belanda. Perlu diteliti juga bahwa kata Banjar dulu mungkin ditulis BANDJAR sehingga eliminasi J alias Y saja yang terjadi.

By the way, rumusan ini tidak berlaku pada makna kada Banjar pada terminology Banjar Negara dan Kota Banjar di Jawa Tengah.

Mutasi Penduduk

Kata transimigrasi yang dipopulerkan oleh Presiden Soeharto untuk menjelaskan pemindahan penduduk dari pulau Jawa keluar Pulau Jawa secara terencana oleh pemerintah tidak sepenuhnya cocok untuk memaknai terbentuknya kota Banjarmasin dan kesultanan Banjar.

Kata Urbanisasi yang berusaha menjelaskan mengapa kota besar menjadi semakin banyak penduduknya juga tidak terasa tepat.

Sumber tertulis menyebutkan bahwa Kesultanan Banjar (kami yakin pada waktu itu namanya belumlah Banjar) bermula dari dikirimnya penduduk dari Kerajaan Daha dan Kerajaan Dipa masing-masing 500. Sayangnya sumber kita ini tidak menyebutkan apakah 500 orang atau Keluarga. Memperhatikan kondisi kependudukan pada waktu itu maka lebih mudah disepakati bahwa yang dimaksud 500 ini adalah penduduk bukan 500 keluarga.

Kerajaan Daha adalah sebuah kerajaan yang terletak disekitar Kecamatan Daha (Nagara) Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kerajaan Dipa adalah kerajaan yang terletak disekitar Kota Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kedua kerajaan ini berada pada satu jalur lalu lintas sungai berupa anak sungai Barito yang bermuara pada Kota Marabahan sekarang ini.

Pengiriman 500 penduduk masing masing kerajaan ini didasari atas perkawinan politik dari kedua putra dan putri raja Dipa dan Daha (sekali lagi sumber kita tidak menjelaskan pihak mana sebagai putra dan sebaliknya).

Bila mutasi penduduk dari dua kerajaan ini benar - motivasi kedua adalah untuk mengusir secara halus putra dan putri kerajaan ini sekaligus sebagai umpan kepada pengaruh luar terutama perniagaan Belanda yang mulai memasuki Sungai Barito. Ini pemindahan penduduk pertama di Nusantara.

Masin adalah Masih

Kosa kata Kedua dari Banjarmasin adalah Masin. Kata ini juga bentuk perubahan bunyi dari Masih. Sebuah kata yang berasal dari kata Dayak Ngaju untuk menjelaskan makna Melayu. Oloh Masih pada waktu itu dipimpin oleh Patih Masih. Artinya sebuah kampong Melayu yang dipimpin oleh orang Melayu(?).

Kedatangan rombongan 1000 penduduk beserta putra dan putrid raja membuah Oloh Masih segera menjadi sebuah "kota" pada waktu itu. Karenanya memerlukan struktur pengelolaan kota yang berbeda dari sebelumnya.

Sejak saat itulah Patih Masih yang melayu berasimilasi dengan kehadiran rombongan 1000 warga baru beserta putra dan putri kerajaan Dipa dan Daha yang Dayak.

Pangeran Samudera Menjadi Sultan Suriansyah

Perhitungan Raja Daha dan Raja Dipa bahwa VOC mulai tertarik ke Borneo ternyata benar. Pangeran Samudera suka tidak suka, sadar tidak sadar adalah benteng pertama dari kedua kerjaan moyangnya itu. Mengingat gengsi istilah kerajaan adalah "harkat – martabat dan maruah" Pangeran tidak mungkin minta bantuan keduanya. Pertimbangan teknis, pengalaman dan lainnya maka jatuhlah pilihan jatuh pada kerajaan Demak Islam.

Bila kita coba cocokan tahun kejadian ini maka permintaan bantuan ke Sultan Demak sangat mungkin di terima oleh Pati Unus atau Sultan Yunus pengganti Raden Patah yang merupakan kakak iparnya. Syarat yang diajukan Demak Islam adalah masuk Islamnya Raja Banjar (beserta rakyatnya?).

Pangeran Samudera menjawab syarat itu dengan menjadi Muslim dengan nama baru Suriansyah (sultan). Demak pun mengirim Sembilan (9) orang penasehat militernya. Salah satunya adalah Datuk Yodokarso atau dalam bahasa Banjar (Ngaju campur Manyan) Yuda Karsa.

Sejak itulah Kesultanan Banjar makin kosmopolit dan lebih berpengaruh dari raja raja lainnya di Borneo. Masuknya ajaran Agama Islam melalui muslinya Samudera jadi Suriansyah membuka wawasan dan makin mudah datangnya berbagai suku ke Banjar dan berbaur dengan warga asli yang Dayak.

Bila kita lompat ke tahun80-an, maka tidak banyak orang Dayak yang menerima panggilan Dayak dengan suasana senang saja seperti dewasa ini. Bila muslim, si Dayak tidak lagi mau diidentifikasi kecuali sebagai Banjar, meski saudara dekatnya menganut kepercayaan anismesme dinasmisme-kaharingan dan belakangan kristen Katolik dan Protestan.

Maka kehadiran suku Banjar lebih sebagai metamorphose social ketimbang etnik. Hasil asimilasi Melayu Dayak, masuknya muslim dan terbukanya pandangan Dayak Bandar inilah suku baru Banjar bermula. Sebagai bagian dari metamorpese social ini diperlukan sebuah tata pemerintahan yang bersumber dari Dayak yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tantangan jamannya. Maka hadirlah Kesultanan Banjar, yang tentu saja berakar ke Dayak dan mudah berbaur ke luar.

Mudah dipahami suku banjar sangat toleran terhadap perbedaan agama.

Apa dan Mengapa "Suku dan Kesultanan Banjar" 4.5 5 Ahmad Faisal Maksud dan Harapan Tulisan ini bertujuan melakukan penyegaran atas penelaahan penulis bersama tim KINDAY (Tabloid Mahasiswa Unlam ) tahun 1...


7 komentar:

  1. SUmber inspirasi bagi pemuda sekarang..mungkin ada baiknya juga dapat disajikan ttg "Hikayat Lambung Mangurat"..(dulu +/- th,84 ada bukunya, entah sekarang..)..so, akan lbh mantap lagi buat nang anum-anum.
    (eh, btw, aku cucu raja banjar nang ke brp yu mang?..)

    BalasHapus
  2. bisa dipahamilah, makanyanya 'pian' sebagai tutus/zuriat dari Datu Karsa Yudha, salah satu Penasehat Militer diawal kerajaan Banjar Muslim, ada keterkaitan 'sajarah' dengan Pangeran Muda Kesultanan Banjar saat ini. Ayo semoga bermanfaat bagi 'urang Banjar' dalam konteks kekinian.

    BalasHapus
  3. adat asli jgn dibuang..hilangakan kupakai jua..paninggalan urang bahari...(jar lagu kaya itu mang ae)

    BalasHapus
  4. mancari akar budaya agar tak tercabut

    BalasHapus
  5. Ada baiknya jua kalu dimuat sejarah perjuangan kasultanan banjar melawan kumpeni jaman bahari sakira makin jelas pencerahan sejarah kasultanan banjar, kypa mang?

    BalasHapus
  6. Saya dukung pelestarian khazanah cerita rakyat kandangan, hulu sungai selatan, kalimantan selatan seperti Maharaja sukarama dan raja-raja dari kerajaan negara daha, perebutan tahta pangeran samudera dengan pangeran tumenggung, legenda datuk panglima amandit, datung suhit dan datu makandang, datu ramanggala di ida manggala, datu rampai dan datu parang di baru sungai raya, datu ulin dan asal mula kampung ulin, datu sangka di papagaran, datu putih dan datu karamuji di banyu barau, legenda batu laki dan batu bini di padang batung, legenda gunung batu bangkai loksado, datu suriang pati di gambah dalam, legenda datu ayuh/sindayuhan dan datu intingan/bambang basiwara di loksado, kisah datu ning bulang di hantarukung, datu durabu di kalumpang, datu baritu taun dan datu patinggi di telaga langsat, legenda batu manggu masak/mandin tangkaramin di malinau, kisah telaga bidadari datu awang sukma di hamalau, kisah gunung kasiangan di simpur, kisah datu kandangan dan datu kartamina, datu hamawang dan sejarah mesjid quba, tumenggung antaludin dan tumenggung mat lima mempertahankan benteng gunung madang, panglima bukhari dan perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan luk sinaga di lukloa, datu singa karsa dan datu ali ahmad di pandai, datu buasan dan datu singa jaya di hampa raya, datu haji muhammad rais di bamban, datu janggar di malutu, datu bagut di hariang, sejarah mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran di angkinang, datu balimau di kalumpang, datu daha, datu kubah dingin, habib nagara dan habib lumpangi, kubur enam orang pahlawan di ta’al, makam keramat bagandi, kuburan tumpang talu di parincahan, pertempuran garis demarkasi dan kubur Brigjen H.M. Yusi di karang jawa, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung, gerombolan ibnu hajar, sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi IV ALRI yang dipimpin Brigjen H. Hasan Basri dan pembacaan teks proklamasinya di Kandangan. Semuanya adalah salah satu aset budaya dan sejarah bagi Kalimantan Selatan.

    BalasHapus
  7. mantap, sangat bauntung kita mun pian mau mengirimkan ke blok kita ni, kami tunggu

    BalasHapus

Mohon komentarnya dengan bahasa yang sopan, terima kasih atas kunjungannya.