Tiga Petani Tambak Gulat Lalu Tangkap Buaya Muara
(judul Asli: Tiga Petani Tambak Gulat Buaya)
Metrotvnews.com, Kutai Timur: Tiga petani tambak di Dusun Kenyamukan, Desa Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, nyaris menjadi korban keganasan buaya. Ketiga petani itu beradu dengan seekor buaya muara berukuran dua meter selama sekitar dua jam, Sabtu (2/6) siang.
Petani tambak mengaku buaya tersebut mempunyai lebar gigi seperti mata bor dengan mulut sekitar hampir dua jengkal. Ketiga petani itu adalah Ammang (50), Muhammad Junaedi (30) dan Ismail (29).
"Buaya yang kami tangkap ini ukurannya lebih kecil, panjangnya hanya dua meter lebih. Namun sempat kewalahan juga hingga berjam-jam baru bisa dilumpuhkan. Kami bertiga harus menangkap menggunakan tali dan cabang kayu," kata Ismail.
Dikatakannya, buaya yang ditangkap mulutnya kalau diukur hampir dua jengkal dan giginya sangat tajam dan runcing. Ia mengatakan, buaya itu dikejar dan ditangkap karena siang-siang masuk tambak untuk mencari ikan dan udang peliharaan.
Menurut Ismail, jika tidak berhati-hati kami nyaris diterkam buaya satunya yang lebih besar. Karena, katanya, saat mengejar buaya yang ditangkap, buaya satunya mengikuti dan mengejar mereka hingga pinggir sungai sekitar ujung tambak.
"Buaya yang ukuran lebih besar lepas dan masih tetap berkeliaran di sekitar tambak, Sungai Kenyamukan dan rawa-rawa sekitar tambak," ujarnya.
Sangatta sejak dulu memang dikenal sebagai sarang buaya muara khususnya di kawasan Kenyamukan. Itulah sebabnya tambak milik warga petani setempat sering kedatangan buaya dan menghabiskan ikan di dalamnya.
Saat ini buaya tersebut diikat dan ditempatkan di sebuah kandang kayu berukuran 2,5 meter dengan lebar 50 sentimeter di bagian belakang rumah Ismail.
"Buaya ini akan kami pelihara saja untuk dijadikan tontonan warga jika ada yang berminat berkunjung, bahkan langsung dipasangi sebuah tanda pengumuman dan tarif setiap pengunjung," katanya.
Petani tambak mengaku buaya tersebut mempunyai lebar gigi seperti mata bor dengan mulut sekitar hampir dua jengkal. Ketiga petani itu adalah Ammang (50), Muhammad Junaedi (30) dan Ismail (29).
"Buaya yang kami tangkap ini ukurannya lebih kecil, panjangnya hanya dua meter lebih. Namun sempat kewalahan juga hingga berjam-jam baru bisa dilumpuhkan. Kami bertiga harus menangkap menggunakan tali dan cabang kayu," kata Ismail.
Dikatakannya, buaya yang ditangkap mulutnya kalau diukur hampir dua jengkal dan giginya sangat tajam dan runcing. Ia mengatakan, buaya itu dikejar dan ditangkap karena siang-siang masuk tambak untuk mencari ikan dan udang peliharaan.
Menurut Ismail, jika tidak berhati-hati kami nyaris diterkam buaya satunya yang lebih besar. Karena, katanya, saat mengejar buaya yang ditangkap, buaya satunya mengikuti dan mengejar mereka hingga pinggir sungai sekitar ujung tambak.
"Buaya yang ukuran lebih besar lepas dan masih tetap berkeliaran di sekitar tambak, Sungai Kenyamukan dan rawa-rawa sekitar tambak," ujarnya.
Sangatta sejak dulu memang dikenal sebagai sarang buaya muara khususnya di kawasan Kenyamukan. Itulah sebabnya tambak milik warga petani setempat sering kedatangan buaya dan menghabiskan ikan di dalamnya.
Saat ini buaya tersebut diikat dan ditempatkan di sebuah kandang kayu berukuran 2,5 meter dengan lebar 50 sentimeter di bagian belakang rumah Ismail.
"Buaya ini akan kami pelihara saja untuk dijadikan tontonan warga jika ada yang berminat berkunjung, bahkan langsung dipasangi sebuah tanda pengumuman dan tarif setiap pengunjung," katanya.
buaya borneo, kita harus membiasakan mengucapkan; BORNEO, soalnya sorang masih kesulitan mengucapkan vokal O, he..he
BalasHapusitu dialeg ngaranya, makanya hanya di banua aja ada hurf u pecah dan u bulat
BalasHapussalut buat Pa Ammang
BalasHapusitu dialeg ngarannya, Ammang ini berarti jua paman
BalasHapus